Jumat, 20 Januari 2017

Penambahan Kelas Baru AL-FATIH

Penambahan kelas baru AL-FATIH, Alhamdulillah mulai semester genap taun 2017 ini kelas baru sudah mulai digunakan untuk kelas KB B dan TK A.
Dengan arah depan menghadap ke selatan, kedepan halaman area selatan sekolah akan diperuntukkan untuk area class outdoor dengan taman dan area rumput.





Selasa, 01 Maret 2016

Bagaimana Mengembangkan Bakat Anak Sejak Dini

Sejauh mana bakat anak dapat terwujud, tergantung pada beberapa faktor pribadi, seperti minat, motivasi, nilai, kepribadian, dan faktor lingkungan seperti pengalaman dan kesempatan pendidikan.
Sebagai orangtua, kita tentu memiliki harapan yang besar pada anak dalam berbagai aspek kehidupannya. Termasuk misalnya, keberhasilan di sekolah maupun luar sekolah. Beberapa orangtua memisahkan kedua hal tersebut, meskipun sejatinya keduanya sama-sama berkontribusi pada masa depan dan arah karier anak nanti.
Keberhasilan anak dalam hal apapun, termasuk dalam pengembangan bakat anak, tentu tidak lepas dari bagaimana kita sebagai orangtua membekali anak dalam menemukan fokus belajarnya dan menekuni bidang pilihannya. Namun kita juga seringkali dilanda kebingungan dalam memfasilitasi belajar anak. Pertanyaan seperti “Apakah saya harus mengikutkan anak dalam kursus?” atau keraguan semacam “IQ anak saya hanya rata-rata saja, tidak seperti teman-temannya,” seringkali menghantui benak kita.
Demi keberhasilan anak nanti, kita rela melakukan apapun – bahkan secara tidak sadar melakukan hal-hal yang sebenarnya tidak disukai anak. Ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan bakat anak sejak dini:
  • Orangtua sendiri perlu menunjukkan minat terhadap bidang kegiatan tertentu, mempunyai hobi, senang membaca, dan menyediakan bahan bacaan yang cukup dan beragam.
  • Menciptakan lingkungan rumah yang baik. Tempat orangtua berperan serta dalam kegaitan intelektual, atau dalam permainan yang meningkatkan daya pikir anak.
  • Menyempatkan diri untuk mendengarkan dan menjawab pertanyaan anak dengan sungguh-sungguh. Kalau belum dapat menjawab pertanyaan anak, sebaiknya mengajak anak itu untuk mencari jawaban bersama-sama.
  • Mengajak anak mengunjungi museum, perpustakaan, tempat bersejarah, pusat kebudayaan atau kesenian. Beri mereka kesempatan bertemu dengan orang lain yang mempunyai keahlian atau keterampilan tertentu.
  • Memberi kesempatan kepada anak agar melakukan sesuatu sendiri, untuk memupuk kemandirian, kepercayaan diri dan rasa tanggung jawab.
Pendiri Intrinsic Institute, Dr. Brian Davidson, adalah salah satu orang yang menaruh perhatian pada tema ini. Sebagai seorang guru pula, ia tertarik untuk menjawab pertanyaan tentang apa bekal penting yang harus dimiliki murid-muridnya untuk berhasil dalam studinya. Alih-alih fokus pada faktor-faktor yang secara umum kita kenal dapat memicu keberhasilan anak, seperti IQ dan kemampuan kognitif, ia justru mengungkapkan bahwa banyak kemampuan non-kognitif yang patut menjadi bekal anak. Misalnya, ia menunjukkan hasil penelitian Angela Duckworth dan Martin Seligman bahwa disiplin diri dua kali lebih baik ketimbang IQ dalam memprediksi keberhasilan akademik seorang anak.
Ini seperti banyak kasus yang sering kita dengar – anaknya tidak terlihat pintar, namun karena dia tekun, sang anak lalu jadi terampil di bidang bakat yang ditekuni.
Apa sih kemampuan non-kognitif yang dimaksud oleh Dr. Brian? Yang dimaksud adalah berbagai bekal yang berkontribusi dalam pengembangan bakat anak, yang sulit diukur dalam berbagai tes, termasuk tes IQ. Ketekunan belajar, pantang menyerah, growth mindset yang akhir-akhir ini kita sering dengar, kemampuan untuk bangkit dari kegagalan, jelas lebih sulit diukur dalam berbagai tes kecerdasan. Namun tes kecerdasan maupun ujian lebih sering dijadikan patokan dalam menentukan “nasib” anak. Paradigma ini pula yang menyebabkan kita seringkali lebih fokus pada hasil ketimbang proses belajar.
Padahal, proses belajar dan pengembangan bakat anak seringkali akrab dengan tantangan, hambatan, dan kegagalan. Namun sistem persekolahan misalnya, membuat kita malu melihat seorang anak tidak naik kelas, meskipun hal tersebut mungkin menjadi pembelajaran yang berharga bagi anak. Itu sebabnya, selain membekali diri dengan konten belajar – membaca, berhitung, menulis, memasak, atau bakat apapun yang ditekuni anak – anak perlu belajar dan membekali dirinya dengan berbagai kemampuan non-kognitif yang telah disebutkan di atas.
Misalnya, anak yang sering juara lomba melukis, lalu kemudian tidak mendapat juara di lomba berikutnya, mungkin merasa kecewa. Hidup memang bukan hanya perlombaan, namun perlombaan juga menjadi bagian dari hidup dan pengembangan bakat anak. Dalam kejadian ini, ayah ibu bisa mengobrol dengan anak tentang bagaimana bangkit dari kegagalan. Atau sebaliknya, anak yang tidak pernah dapat juara lomba melukis pun bisa belajar bagaimana menumbuhkan sikap pantang menyerah. Tidak dapat juara bukan berarti anak harus berhenti melukis, bukan?
Namun perlu diingat bahwa orangtua harus dapat membedakan antara tindakan “memberi perhatian dan kesempatan mewujudkan bakat” dengan tindakan “memaksa anak untuk berprestasi.” Bakat seorang anak bukan sesuatu yang siap jadi, tetapi diperoleh dari, dan ikut dibentuk oleh lingkungan.
Sumber dikutip dari Pendidikankarakter.com

Anak Usia 0-6 Tahun Jangan Dibebani Baca-Tulis

Anak Usia 0-6 Tahun Jangan Dibebani Baca-Tulis

Jangan latah membebani anak usia 0-6 tahun untuk belajar baca, tulis, dan hitung. Apabila hal itu dipaksakan, kemungkinan akan terjadi penurunan minat belajar saat anak-anak telah beranjak remaja. Sebaiknya fokus saja untuk mengoptimalkan keterampilan berbahasa ananda lewat kegiatan bermain. Demikian yang dikemukakan pakar pendidikan dalam Seminar Pembelajaran yang Menyenangkan bagi Anak Usia Dini bebrapa waktu lalu. Direktur Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Ella Yulaelawati mengatakan, bahwa pendidikan pada jenjang PAUD bukan sekadar soal kemampuan baca, tulis, dan hitung, melainkan terkait pemenuhan kebutuhan dasar anak. Kebutuhan tersebut mencakup rangsangan pendidikan, pembinaan moral dan emosional, serta kesehatan dan gizi.

Kamis, 04 Februari 2016

Foto Kegiatan Belajar di dalam dan diluar kelas tahun ajaran 2015-2016

Foto Kegiatan Belajar di dalam dan diluar kelas tahun ajaran 2015-2016












Minggu, 20 Desember 2015

Outing Class Kelas Lebah (KB) ke Sondokoro

Pada hari Sabtu 19 Desember 2015, Ananda di kelas lebah (KB) melaksanakan kegiatan rutin "Outing Class" dengan bertempat di Taman Agrowisata Sondokoro, Karanganyar.

Kegiatan berlangsung dari pukul 08.30 hingga pukul 12.00 yang berlangsung dengan sesi kegiatan yang dipandu oleh petugas taman bapak Cahyo, ananda sangat antusias dengan berbagai permainan, kegiatan dan penjelasan yang diberikan oleh pak Cahyo selama acara berlangsung.
Ananda diberikan beberapa games kelompok untuk melatih kerjasama dan sosial ananda, setelah beberapa games ananda berkeliling taman dipandu oleh pak cahyo serta berkeliling dengan kereta spoor gula, setelah puas berkeliling taman ananda diajak bermain di kolam air dan berenang bersama ibu guru. Setelah selesai dengan berbagai kegiatan ananda makan siang bersama serta bersiap untuk kembali ke bus dan kembali ke sekolah.


Jumat, 23 Oktober 2015

Pentingnya Pendidikan Karakter Anak Usia Dini

Pentingnya Pendidikan Karakter Anak Usia Dini

Pentingnya pendidikan anak usia dini pada buah hati bunda. Memperoleh pendidikan merupakan hak setiap anak. Sebuah bangsa tidak akan berkembang dan maju apabila penduduknya tidak memiliki pendidikan yang baik. Pendidikan adalah hal esensial untuk membangun suatu negara. Kapan waktu yang tepat untuk memulai mengenyam pendidikan? Waktu yang tepat untuk memulai sebuah pendidikan adalah sedini mungkin. Zaman dahulu pendidikan dimulai pada saat usia sekolah dasar, namun sekarang sudah ada pendidikan pra sekolah untuk anak seperti taman kanak – kanak (TK).

Seiring dengan bermunculannya sekolah PAUD, orang tua mulai banyak untuk mendaftarkan anaknya untuk bersekolah di sana. Pada awalnya mungkin sekolah PAUD hanya diminati oleh orang tua dengan keadaan finansial yang baik, namun sekarang sudah ada beberapa sekolah PAUD yang dibuka dengan biaya terjangkau. Sebagian besar orang tua mungkin ada yang berpikir untuk apa anak disekolahkan di sekolah PAUD selama mereka bisa mendidik anak mereka sendiri. Pendapat orang tua ini ada benarnya. Jika orang tua benar – benar mempunyai waktu luang untuk memberi pendidikan kepada anaknya sebelum masuk ke jenjang sekolah maka tidak masalah.

Adanya instansi pra sekolah untuk anak biasanya dimanfaatkan oleh orang tua yang tidak mempunyai waktu, sibuk bekerja dan tidak sanggup untuk memberikan pendidikan yang sesuai untuk anak balitanya.
Pengertian Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
PAUD adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasiko pendidikan lebih lanjut.
PAUD itu sendiri bertujuan untuk mengembangkan berbagai potensi anak sejak dini sebagai persiapan untuk hidup dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Berdasarkan pasal 28 UU No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, PAUD dapat diselenggrakan melalui jalur pendidikan formal, non formal dan/atau informal.
PAUD jalur pendidikan formal diantaranya adalah TK (Taman Kanak-kanak), RA (Raudhatul Atfal) atau bentuk lain yang sederajat yang menggunakan program untuk anak usia 4 – ≤6 tahun. PAUD jalur pendidikan non formal diantaranya adalah TPA (Taman Penitipan Anak), atau bentuk lain yang sederajat yang menggunakan program untuk anak usia 0 – <2 tahun, 2 – <4 tahun, 4 – ≤6  tahun tahun dan program pengasuhan untuk anak usia 0 – ≤6 tahun, KB (Kelompok Bermain) dan bentuk lain yang sederajat menggunakan program untuk anak usia 2 – <4 tahun dan 4 – ≤6 tahun, sedangkan PAUD jalur informal adalah pendidikan yang diselenggarakan oleh keluarag atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan.

Penyelenggraan PAUD sudah mempunyai standar yang disesuaikan dengan kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan anak sehingga bisa memberikan pelayanan yang berkualitas.

Tips Mudah Memilih Mainan Untuk Anak

Tips Mudah Memilih Mainan Untuk Anak

Tips memilih mainan anak yang tepat sesuai dengan perkembangan anak. Anak adalah aset yang paling berharga bagi orang tua. Setiap orang tua pasti menginginkan yang terbaik bagi putra putrinya. Demi menyenangkan anaknya orang tua akan memberikan apa saja, terutama mainan. Berbicara mengenai mainan memang tidak bisa dilepaskan dari anak – anak. Karena secara alamiah memang itulah dunianya. Ada berbagai macam mainan yang beredar di pasaran. Mulai yang harganya puluhan ribu hingga ratusan ribu. Namun sebagai orang tua yang bijak sebaiknya pilihlah mainan yang terbaik bagi buah hati, baik untuk perkembangannya, aman untuk kesehatannya dan aman untuk keselamatannya.

Tips Memilih Mainan Untuk Anak
Beberapa tips cara memilih mainan yang bisa bunda jadikan acuan untuk membelikan mainan si kecil antara lain, seperti:

Belilah mainan anak sesuai dengan usianya
Ibunda bisa mengecek label yang tertera pada mainan. Biasanya pada mainan akan tercantum label aturan usia tertentu yang cocok untuk memainkannya.
Pilihlah mainan dengan ukuran yang cukup besar
Dengan ukuran yang cukup besar akan menghindarkan bayi atau anak balita untuk memasukkan mainan tersebut ke dalam mulutnya, karena pada usia tersebut anak memiliki kebiasaan untuk memasukkan benda apapun ke dalam mulutnya.
Hindari memberikan mainan yang bertepi tajam
Jangan memberikan mainan bertepi tajam dan berat kepada anak karena dapat melukainya ketika bermain.
Pilih mainan yang mudah dibersihkan
Sebaiknya belilah mainan yang bisa dicuci agar bakteri yang menempel pada mainan bisa hilang.
Hindari mainan dengan tali panjang
Hindarilah memberikan mainan yang bertali dengan panjang lebih dari 30 cm. Tali yang terlalu panjang akan dikhawatirkan bisa melilit anak ketika bermain.
Hindari mainan yang membahayakan.
Hindari juga untuk membelikan anak mainan berupa senjata yang bisa menembak otomatis. Mainan senjata tembakan otomatis ini bisa membahayakan anak apabila terkena di mata. Perhatikan label produksi Ibunda sebaiknya memperhatikan label yang tertera pada mainan anak. Karena sekarang banyak mainan yang dijual dan terbuat dari bahan yang berbahaya.
 Perhatikan label, umumnya label berisi nama barang, nama dan alamat produsen untuk barang lokal, nama dan alamat importir untuk barang impor, spesifikasi barang, simbol bahaya atau tanda peringatan yang jelas, negara pembuat barang, informasi umur pengguna dan keterangan penggunaan mainan (di dalam atau luar ruangan).
 Perhatikan jenis mainan yang dipilih Untuk mainan elektrik harus mencantumkan model, keterangan pada tempat baterai seperti tanda voltage dan susunan baterai, simbol AC/DC untuk mainan dengan boks baterai, sedangkan pada travo harus terdapat tanda seperti tegangan mainan, simbol AC/DC dan besaran daya masukan dalam watt atau volt ampere.
Menurut Direktur Pengawasan Barang dan Jasa Kementrian Perdagangan, ada beberapa poin tertentu yang perlu diperhatikan oleh pembeli mainan untuk anak, beberapa diantaranya adalah:
Pastikan produk sesuai standar dan harus ada logo SNI dengan garis atas dan bawah.
Mainan sudah terdaftar di Kemendag, ada nomor registrasi produk (NRP) untuk produk lokal dan nomor pendaftaran barang (NPB) untuk produk impor. Menggunakan label dalam bahasa Indonesia. Label dapat di-emboss, dicetak, atau melekat pada barang atau kemasan.
Dilngkapi dengan manual kartu garansi dalam bahasa Indonesia. Melindungi anak dari paparan bahan kimia sangat perlu dilakukan. Paparan bahan kimia pada anak akan mempengaruhi kesehatan dan juga perkembangan otaknya. Selain memperhatikan label yang tercantum, bau pada mainan juga diperhatikan. Bau pada mainan itu untuk memastikan apakah mainan tersebut mengandung bahan kimia yang berbahaya untuk buah hati atau tidak. Caranya cukup dengan mencium bau mainan, jika bau mainan menyengat maka ditakutkan mengandung bahan berbahaya. Biasanya itu terjadi pada mainan impor yang dijual murah.
Cat yang aman untuk mewarnai mainan anak adalah yang tidak berbau. Apabila berbau menyengat maka Ibunda harus waspada, bisa saja cat tersebut mengandung timbal dan merkuri yang sangat berbahaya bagi kesehatan. Cat yang tidak mengandung bahan berbahaya warnanya tidak terlalu mengkilap.
Memilih Mainan Edukatif Anak
            Mainan untuk anak tidak hanya untuk menyenangkan mereka, namun harus juga yang bermanfaat bagi mereka. Usia bayi, balita hingga menuju ke masa anak – anak, merupakan masa yang penting untuk pertumbuhan dan perkembangannya yang terbaik. Oleh karena itu berikan pula mainan yang terbaik untuk mereka demi perkembangan kecerdasannya. Berikan anak mainan edukatif yang sesuai dengan usianya. Banyak mainan edukatif yang bisa dicoba, diantaranya puzzle, play-doh, lego, balok susun, skuter, mobil rakitan, dan lain sebagainya.

            Demikian tadi beberapa tips memilih mainan anak yang bisa membantu bunda untuk memilih jenis mainan yang tepat untuk buah hati bunda.